EUREKA: Memberi Suara Bagi Korban Bullying yang Terbiasa dengan Sunyi
Di Indonesia, kasus bullying terbilang belum mendapatkan perhatian yang serius, terutama mengenai kesadaran orang-orang terhadap bullying sendiri. Fenomena ini pun menjadi sorotan para penerus bangsa yang ingin menunjukkan kepedulian terhadap bullying. Banyak kemudian melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kasus bullying.
Salah satu dari mereka adalah Binus International Dance Club (BIDC) yang menampilkan sebuah resital dalam bentuk drama dan tarian yang mengangkat topik bullying bertajuk EUREKA: Speak for the Silent 2016.
Berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta tanggal 13-14 September, pihak Binus International Dance Club (BIDC) selaku penyelenggara EUREKA 2016 memiliki harapan besar melalui berlangsungnya acara ini.
Para pemain sedang melakukan geladi resik
Caping kali ini berkesempatan hadir dalam acara tersebut yang berlangsung dari jam 7 malam hingga 9 malam. Edward selaku produser dari EUREKA 2016 menjelaskan kepada Caping bahwa tema bullying ini diangkat karena kasus bullying adalah sesuatu yang harus diberantas.
Berangkat dari banyaknya teman-teman mereka atau orang yang mereka kenal menjadi korban bullying, Edward bersama pihaknya ingin menghadirkan sebuah acara tari yang tak biasa namun juga terdapat dampak sosialnya bagi yang menonton.
Erdward selaku produser dari EUREKA: Speak For The Silent 2016
“Dengan adanya acara ini, orang-orang yang nonton bisa menyadari apa sih yang dirasakan oleh korban bully dan mindset dari pelaku bully. Apakah mereka ada alasannya atau tidak dari tindakan yang mereka lakukan itu,” ujar Edward di Gedung Kesenian Jakarta (13/9).
Acara yang berlangsung kurang lebih selama 2 jam ini terbagi menjadi dua segmen. Pada segmen pertama lebih fokus sebagai pengenalan tokoh-tokoh yang bermain dalam EUREKA dan sudah memberikan sedikit gambaran tentang konflik bullying.
Tarian yang hadir pada segmen pertama ini terbilang begitu energik ditambah dengan lagu-lagu upbeat sehingga menghasilkan suasana kemeriahan dan keceriaan selama segmen pertama ini berlangsung.
Para pemain tampil dengan cemilang
Suasana yang begitu kontras begitu terasa saat masuk dalam segmen kedua acara ini. Penonton seakan diajak untuk larut dalam suasana sedih campur haru melihat alur cerita yang disajikan. Tak lagi menghadirkan lagu-lagu upbeat serta tarian energik, pada segmen kedua ini lagu-lagu bernuansa pilu serta eksplorasi gerak dalam tarian begitu menggambarkan kepedihan yang dirasakan oleh tokoh-tokoh yang merupakan korban dari bullying. Namun, klimaks dari drama dan tarian dari acara ini berhasil membuat penonton untuk seakan bangkit dari kesedihannya.
Salah satu adegan yang menggambarkan tindakan bullying
Kisah yang diangkat dalam acara ini memberikan gambaran umum bagaimana kasus bullying itu terjadi khususnya di lingkungan sekolah. Berawal dari dua anak kembar yang masuk ke sekolah baru, mereka lalu dijadikan korban bully oleh teman sekelasnya dan berlanjut terhadap penggambaran dampak dari dua anak kembar yang menjadi korban bullying.
Acara ini pun berhasil menyampaikan tema ‘Speak For The Silent’ dengan gemilang. Dalam drama yang ditampilkan menggambarkan bagaimana pentingnya seseorang yang harus berani berbicara untuk bisa membantu mereka yang menjadi korban bullying.
Penampilan cemerlang dari para pemain, drama dan tarian yang dikemas secara menarik, dan juga pesan yang tersampaikan secara baik, menjadikan EUREKA: Speak For The Silent 2016 acara yang sangat apik.
Source:
http://m.caping.co.id/News/FbnewsDetail/1190848