‘The Philosophers’: Sensasi Cinta Laura di “Film Hollywood”
Jakarta – ‘The Philosophers’ dibuka dengan sepasang kekasih, muda-mudi dengan paras rupawan, berbagi ranjang dan saling sentuh. Mereka adalah Petra (Sophie Lowe) dan James (Rhys Wakefield). Di tengah-tengah percumbuan mereka, Petra mengingatkan James untuk tetap terjaga. James mengiyakan tapi tak sengaja, dia tertidur.
Ketika terbangun, James panik dan berlari menuju ke sekolahnya. Dan, kita melihat bahwa ternyata James tinggal di tempat yang kita kenali, kota Jakarta. James memasuki sekolah, berlari di lorong dan akhirnya berhasil menahan pintu sebelum sang guru, Eric Zimit (James D’Arcy), menutupnya.
Cerita pun dimulai. Di sebuah sekolah internasional yang tak bernama ini, Petra dan James beserta anak-anak bule lainnya sedang berada dalam kelas pelajaran Filsafat. Untuk ujian terakhir, sang guru mengajukan tes, “apa yang mungkin terjadi” dengan memberikan karakter-karakter baru lengkap dengan pekerjaan serta plus-minus kepribadian mereka kepada dua puluh muridnya. Kuisnya adalah apa yang harus mereka lakukan jika mereka tahu dunia akan berakhir dan mereka memiliki bunker, lengkap dengan persediaan oksigen, kamar dan makanan yang hanya menampung separuh dari mereka. Siapa yang akan mereka pilih dan siapa yang akan mereka biarkan mati di luar? Bocah-bocah itu pun siap membayangkan skenario terburuk yang harus mereka hadapi.
‘The Philosophers’ sempat menjadi omongan banyak orang –terutama di dunia maya– ketika Bonnie Wright, pemeran Ginny Weasley yang terkenal dari serial ‘Harry Potter’, datang ke Indonesia untuk syuting. Kegemparan tidak berhenti di situ; Cinta Laura juga disebut-sebut ikut bermain sebagai salah satu murid dalam film ini. Setelah trailer-nya keluar satu tahun lalu, kita tidak mendengar kabarnya lagi sampai akhirnya pekan ini film tersebut tayang bioskop.
Sepuluh menit pertama ‘The Philosophers’ begitu menarik untuk disimak. Apakah Anda mengenal nama-nama seperti Socrates atau Plato, itu tidak menjadi masalah. Pertanyaan “what if” yang diajukan oleh sang guru terlalu menggigit untuk tak menyita perhatian. Namun, setelah penonton melihat skenario pertama yang diajukan sang guru berakhir dengan carut-marut, Anda akan mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya yang hendak disampaikan oleh film ini.
Itu pun sebenarnya tak jadi soal andai saja John Huddles, sang sutradara dan sang penulis skrip, yakin dengan konsep yang sedang dia buat. ‘The Philosophers’ bisa saja mempunyai kedudukan setara dengan ‘The Twillight Zone’ atau ‘Donnie Darko’ yang juga menggunakan anak-anak SMA sebagai kelinci percobaan. Namun, pada akhirnya ‘The Philosophers’ kebingungan dengan idenya sendiri. Di pertengahan kuis sang guru bagian kedua penonton akan mati kebosanan dan berharap kapan film akan segera berakhir. Tidak seperti ‘Edge of Tomorrow’ yang proses pengulangannya justru menambah ketegangan, pengulangan dalam ‘The Philosophers’ menghilangkan sisi kemisteriusannya. Hal yang sangat disayangkan karena Huddles begitu meyakinkan dalam sepuluh menit pertama.
Penampilan para aktor pun tidak banyak membantu. James D’Arcy dan Howe adalah dua aktor yang paling terlihat mencolok sepanjang film. Itu juga karena keduanya adalah satu-satunya karakter yang mempunyai tujuan dan motif yang jelas. Walaupun, kalau Anda menelaah lebih jauh, motivasi keduanya pun agak kabur dan ambigu. Terutama setelah ending bergulir
Selain mereka, aktor-aktor lain hanya berperan sebagai pajangan yang cantik, tidak terkecuali Cinta Laura. Tidak ada yang salah dengan meng-cast aktor-aktor rupawan dalam sebuah film remaja. ‘The Hunger Games’, serial ‘Harry Potter’, ‘Divergent’ juga melakukannya. Tapi, ‘The Philosophers’ melakukannya dengan begitu ekstrem –lengkap dengan sinematografi yang terang benderang– sehingga kita seperti sedang melihat model-model muda berpose untuk Teen Vogue edisi Agustus.
Dengan beberapa humor di sana-sini untuk meringankan suasana –joke tentang penyanyi opera itu memang lumayan kocak– ‘The Philosophers’ akan tetap menarik para penonton lokal yang ingin melihat aksi Cinta Laura di “film Hollywood”. ‘The Philosophers’ juga akan tetap menarik bagi mereka yang ingin melihat bagaimana orang bule merekam Candi Prambanan dan Bromo. Meskipun sebenarnya, salah satu alasan film ini syuting di Indonesia hanyalah karena faktor pajak; dan ‘The Philosophers’ bisa diceritakan dengan setting di negara mana saja. Jika dua hal itu –Cinta Lauran dan Prambanan/Bromo– tak cukup menarik bagi Anda, tunggu saja ‘The Philosophers’ tayang di televisi.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
Sumber : http://hot.detik.com/movie/read/2014/06/13/155648/2607519/218/2/the-philosophers-sensasi-cinta-laura-di-film-hollywood