Ramyeon, dari K-drama ke Kuliner Kekinian Masyarakat Indonesia
Serba-serbi budaya populer Korea Selatan yang sering dikenal dengan K-Culture telah menyebar ke seluruh dunia. Gelombang Korea (Korean Wave) atau dikenal juga dengan Hallyu meletakkan Korea Selatan sebagai salah satu kiblat budaya populer menyaingi Hollywood. Melalui Hallyu, masyarakat dunia mengenal budaya Negeri Gingseng dari industri kreatifnya termasuk musik, film, dan drama televisi.
Bicara tentang drama televisi, drama-drama dari Korea Selatan yang lebih dikenal K-Drama telah berhasil menjadi duta budaya yang memperkenalkan kultur keseharian masyarakat negara Asia Timur tersebut kepada dunia. Kepopuleran K-drama membuat masyarakat dari berbagai negara dengan mudah mempelajari budaya Korea termasuk bahasa dan dialek, penampilan, dan tidak kalah penting, makanan dan minuman khas Korea. Di Indonesia, K-drama menduduki peringkat pertama dalam daftar lima teratas elemen industri kreatif Korea paling populer.
Menurut survei yang dilakukan oleh Snapcart seperti yang dirangkum dalam grafis di atas, drama serial atau K-drama merupakan elemen industri kreatif Korea yang paling dikonsumsi masyarakat Indonesia yang dipilih oleh sebanyak 69 persen dari 13.331 responden. Musik Korea atau yang dikenal K-Pop menduduki peringkat kedua (59%). Mengejutkan, makanan dan minuman Korea menduduki peringkat ketiga dengan persentase 51, mengalahkan industri film (48%) dan figure publik atau selebriti Korea Selatan yang lebih dikenal sebagai idol (45%).
Ramyeon dan K-drama
Popularitas makanan dan minuman khas Korea Selatan sewajarnya mengikuti popularitas K-drama karena kebanyakan serial drama turut memperkenalkan santapan keseharian mereka. K-drama kerap menampilkan masakan tradisional dan jajanan kaki lima, membuat penonton mengenal hidangan seperti kimchi, bibimbap, jjajangmyeon, ramyeon, dan banyak lagi. Konsumsi K-drama memungkinkan pemirsa untuk mengapresiasi keunikan cita rasa Korea, mendorong mereka untuk mengeksplorasi dan menggabungkan hidangan ini ke dalam pengalaman kuliner mereka.
Ramyeon, sebutan mie instan di Korea, merupakan elemen budaya keseharaian warga Korea yang ikonik. Santapan ini muncul secara berulang di banyak drama Korea, sering kali dalam adegan komedi maupun dramatis. Salah satunya adegan makan bersama dalam drama Crash Landing on You pada episode 10.
Karakter dalam K-drama sering kali menikmati sesi makan mie instan hingga larut malam. Hal ini sering digunakan untuk menyampaikan rasa nyaman, terutama ketika karakter sedang menghadapi tantangan atau memikirkan keputusan hidup. Makan ramyeon bahkan digunakan untuk menggambarkan romantisme pasangan seperti yang tergambar dalam drama What’s Wrong with Secretary Kim yang populer pada 2018.
Sejatinya, mie instan dalam masyarakat Korea berfungsi sebagai makanan komunal, menyatukan anggota keluarga atau pertemanan untuk makan bersama. Aspek komunal ini sering digunakan untuk mempererat ikatan antarteman, keluarga, atau pasangan romantis. Pengaruh popularitas mie instan Korea dalam K-drama turut menaikkan ekspor bahan makanan ke negara lain termasuk Indonesia.
Diplomasi mi instan Korea
Korea Selatan merupakan pengekspor mie instan terbesar di dunia dengan jumlah pengiriman (shipment) 39.363 berdasarkan data dari volza.com. Di peringkat kedua ada Vietnam (34.671) dan Indonesia menduduki urutan ketiga (21.097). Sedangkan tiga negara pengimpor mie instan terbesar adalah Amerika Serikat (67.604), Vietnam (14.293), dan India (8.182).
Ekspor mie instan Korea Selatan ke Indonesia juga meningkat dalam satu dekade terakhir seiring popularitas K-drama di negara ini. Data dari UN Comtrade menunjukkan bahwa nilai ekspor Korea ke Indonesia untuk kode komoditas 1902 yang mewakili bahan baku pembuatan mie instan termasuk pasta naik secara signifikan. Pada rentang 2013-2015, nilai ekspornya masih di bawah lima juta dolar Amerika. Lonjakan terjadi pada 2016 yaitu sebesar 12.219.827 dolar, naik sebanyak 195 persen dibanding tahun 2015 yang hanya 4.141.312 dolar. Pada 2016-2019 angkanya terus naik hingga mencapai puncaknya pada 2019 yaitu sebesar lebih dari 22 juta dolar.
Ketika pandemi Covid 19 menghantam seluruh dunia, nilai ekspor komoditas mie instan dari Korea Selatan ke Indonesia turut terdampak secara negatif. Terjadi penurunan drastis pada 2020 dengan nilai ekspor hanya sebesar 13.420.153 dolar, atau turun sekitar 41 persen dari tahun sebelumnya. Sama halnya tahun 2021, nilai ekspor masih berkisar 13 juta dolar, lalu naik pada 2022 sebesar 19 persen ke angka lebih dari 15 juta ketika kasus pandemi mulai melandai.
Dari K-drama ke kuliner kekinian Indonesia
Keberadaan mie instan ala Korea sudah menjadi jajanan umum masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar. Banyak restoran yang menjual mie instan dengan penyajian khas ala Negeri Kimchi tersebut. Di banyak K-drama, karakter sering digambarkan menikmati ramyeon dengan cara memakannya langsung dari panci kecil yang dikenal sebagai ramyeon pot. Di Indonesia, beberapa restoran atau kafe masakan Korea yang mempunyai ramyeon di daftar menunya juga memberikan pengalaman kuliner ala K-drama dengan penyajian yang sama.
K-drama juga menginspirasi usaha Food and Beverage (F&B) lokal untuk membuka toko swalayan khas yang memberikan pengalaman makan ramyeon ala karakter di drama serial Korea. Banyak drama Korea yang menampilkan adegan di mana pemeran utama atau sampingan membeli mie instan di toko swalayan (convenience store) dan menikmati makanan cepat saji tersebut langsung di tempat. Yang unik dari pengalaman menyantap mi instan di swalayan Korea adalah pembeli dapat menyeduh mie sendiri dengan air panas yang telah disediakan. Salah satu contohnya seperti adegan di drama Heartbeat yang diperankan oleh Taecyeon pentolan grup idol 2PM.
Pengalaman kuliner sederhana tersebut telah hadir di Indonesia beberapa tahun belakangan. Banyak toko swalayan yang menjual mie instan dari Korea Selatan seperti Samyang, Nongshim, dan Arirang dan menawarkan pengalaman serupa. Uniknya, produk mie instan di toko-toko yang mengadopsi gaya toko swalayan Korea ini ditata di etalase yang tingginya menyentuh langit-langit dengan pencahayaan yang estetik. Penataan produk seperti ini malah menjadi spot foto menarik bagi pengunjung. Yang tidak kalah menarik, pengunjung dapat memasak sendiri dan menikmati ramyeon kesukaan mereka secara langsung di tempat, persis di convenience store di K-drama.
Siapa sangka mie instan yang kerap diasosiasikan dengan makanan kelas menengah ke bawah rupanya bisa menjadi alat untuk mempengaruhi budaya suatu negara. Terbukti bahwa drama serial dari Korea Selatan telah mempengaruhi selera dan pengalaman kuliner orang Indonesia. Ini yang dinamakan soft power, suatu konsep yang dikenalkan oleh Joseph Nye yang bermakna kekuatan suatu negara untuk mempengaruhi negara lain tanpa menggunakan paksaan seperti kekuatan militer. Korea Selatan memperluas soft power melalui industri kreatif mereka terutama drama serialnya yang turut memperkenalkan ramyeon dan penyajiannya yang unik kepada dunia. Ramyeon yang kerap muncul di K-drama telah menjadi bagian dari pengalaman kuliner masyarakat Indonesia.
Penulis:
Lily El ferawati
Annisa Amalia
Keisya Azzahra
Chelsea Annisa