KOMUNIKASI DAN PENETRASI SOSIAL DALAM SUATU HUBUNGAN INTERPERSONAL

Banyak orang tidak menyadari pentingnya memahami komunikasi interpersonal ketika dalam proses penjajakan atau penetrasi sosial dalam suatu hubungan antarindividu, terutama hubungan asmara dan hubungan pertemanan. Tulisan ini akan membahas sejauh mana komunikasi interpersonal penting dalam proses penetrasi sosial yang terjalin antara dua orang individu dalam konteks percintaan dan persahabatan. Pada dasarnya komunikasi interpersonal yang baik dapat mencipatakan hubungan interpersonal yang sehat.

Sebelum berbicara lebih jauh tentang penetrasi sosial, perlu dipahami dulu apa itu komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjalin antara dua orang dalam rangka membentuk dan mempertahankan hubungan interpersonal. Beebe dkk. (2011) dalam bukunya Interpersonal communication: Relating to others mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai bentuk komunikasi transaksional antarmanusia yang melibatkan aspek “saling mempengaruhi” dengan tujuan untuk mengelola hubungan interpersonal.

Contoh hubungan interpersonal adalah hubungan antara suami dan istri, hubungan antara dua sejoli yang sedang menjalin percintaan, dan hubungan pertemanan dekat atau bisa dikatakan sebagai persahabatan. Hubungan keluarga antara orang tua dan anak, hubungan sesama saudara maupun sesama kerabat yang masih berhubungan darah juga termasuk contoh hubungan interpersonal. Dengan kata lain, komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal maupun non-verbal yang terjadi dalam konteks percintaan, pertemanan, dan kekeluargaan.

Apakah hubungan antara guru dan murid atau dosen dengan mahasiswa bisa dikatakan sebagai hubungan interpersonal? Jawabannya, bisa jika antarindividu tersebut melihat hubungan mereka dalam konteks asmara, pertemanan, atau kekeluargaan. Misalnya, seorang mahasiswa menyukai seorang dosen di kelasnya dan mereka sering bertukar pesan untuk mengetahui kepribadian masing-masing, maka hubungan itu disebut sebagai hubungan interpersonal. Namun, jika seorang dosen dan mahasiswanya hanya berinteraksi berkaitan dengan perkuliahan, komunikasi sesama mereka dikategorikan sebagai impersonal communication atau komunikasi impersonal, yaitu komunikasi hanya sebatas transaksi stimulus dan respons (Beebee dkk., 2011).

Setiap hubungan interpersonal pasti melalui beberapa tahap perkembangan. Tahap-tahap inilah yang berlangsung dalam proses penetrasi sosial. Setiap individu yang menjalani hubungan interpersonal pasti akan melalui proses penetrasi sosial yaitu proses saling menyelami pribadi lapisan demi lapisan. Menurut Teori Penetrasi Sosial atau Social Penetration Theory yang diperkenalkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor pada tahun 1973, suatu hubungan antarindividu berkembang melalui beberapa tahap penetrasi dan depenetrasi. Teori ini membantu menjelaskan bagaimana manusia secara psikologis merespon komunikasi interpersonal pada setiap tahap, dan proses ini tidak hanya berlangsung antara dua jender berbeda tetapi juga melibatkan hubungan sesama jender (Manning, 2019).

Dalam teorinya, Altman dan Taylor (1973) menganalogikan komunikasi antarindividu itu berlangsung tahap demi tahap seperti menguliti lapisan bawang. Oleh karena itu, teori ini juga disebut sebagai “Teori Bawang” atau the Onion Theory. Seperti yang terlihat pada gambar 1 di bawah, ada lima tahap dalam perjalanan menjalin hubungan interpersonal dari tahap paling luar sampai ke tahap paling dalam atau intimasi. Intensitas dan kualitas komunikasi yang terjalinpun menyesuaikan tahap yang sedang dilalui.

Gambar 1. Ilustrasi lapisan bawang untuk menggambarkan tahap dalam proses penetrasi sosial

Mari kita bedah tahap-tahap penetrasi sosial satu per satu seperti yang dijelaskan dalam Teori Penetrasi Sosial (Altman dan Taylor, 1973). Tahap pertama adalah tahap orientasi (orientation stage), yaitu fase di mana seseorang yang dalam tahap perkenalan. Komunikasi interpersonal pada fase ini hanya sebatas “small talk”, bertukar informasi tentang data pribadi yang lebih umum seperti nama, tempat tinggal, umur, tempat kerja atau pendidikan dan sebagainya. Biasanya, seseorang akan mencoba membangun kesan pertama yang baik pada tahap ini, sehingga mereka tidak terlalu terbuka terutama tentang hal-hal yang terlalu pribadi.

Tahap kedua disebut sebagai exploratory affective stage, yaitu tahap pengenalan lebih dalam. Fase ini memungkinkan bagi individu yang ingin membangun suatu hubungan interpersonal, baik percintaan maupun pertemanan, untuk saling mengetahui persamaan dan perbedaan serta kesukaan dan ketidaksukaan masing-masing. Oleh karena itu, interaksi yang dilakukan biasanya melibatkan pertukaran pesan yang lebih terbuka dan santai.

Tahap selanjutnya adalah affective stage, yaitu tahap yang sudah melibatkan perasaan timbal-balik. Jika dikaitkan dengan konteks percintaan, kedua individu yang sedang menjalani proses penetrasi sosial berada pada hubungan pacaran atau hubungan yang lebih serius. Jika konteksnya pertemanan, maka tahap ini menggambarkan hubungan pertemanan yang lebih dekat atau persahabatan. Namun, pada tahap ini kedua individu yang sedang dalam status percintaan maupun pertemanan masih dalam proses menyelami pribadi yang lebih mendalam. Komunikasi pada fase ini mungkin lebih terbuka di mana masing-masing individu sudah bisa bertukar informasi yang lebih pribadi seperti keluarga, ideologi, bahkan orientasi seksualitas, tetapi pertukaran makna masih didominasi dengan komunikasi verbal walaupun komunikasi non-verbal tetap ada. Masih ada kehati-hatian dalam bertutur maupun bertindak dalam tahap ini.

Tahap terakhir yaitu stable stage merupakan fase dalam penetrasi sosial yang menggambarkan hubungan lebih stabil antara dua individu yang sedang menjalin hubungan baik percintaan maupun pertemanan. Komunikasi yang dijalin bukan hanya sebatas bertukar informasi, melainkan sampai bertukar makna dan pikiran yang ditandai dengan tanda-tanda verbal maupun non-verbal yang mereka ciptakan dan hanya mereka yang tahu maknanya. Sinkronasi bahasa dan gestur tubuh sering terjadi dalam komunikasi interpersonal pada tahap stabil ini. Pada dasarnya, kedua individu tidak lagi malu-malu memperlihatkan sisi pribadi masing-masing sehingga komunikasi yang terjalin sudah sangat intens dan stabil. Pada tahap ini bukan berarti tidak ada konflik, tetapi justru kedua individu yang saling berhubungan sudah memhami bahasa konflik masing-masing. Ilustrasi di bawah ini memberi gambaran bagaimana interaksi antarindividu terjadi pada tahap ini.

Gambar 2. Ilustrasi komunikasi konflik pada hubungan interpersonal pada tahap stabil (sumber: relationship meme di halaman Facebook)

Sebagai kesimpulan, komunikasi interpersonal sangat berperan penting bagi insan manusia yang ingin menjalin atau mempertahankan hubungan interpersonal. Dengan memahami tahap-tahap dalam penetrasi sosial, kita akan menyesuaikan komunikasi kita dengan orang yang sedang kita dalami pribadinya. Kita akan memilih dan memilah tutur dan sikap ketika bersama mereka. Selain itu, intensitas interaksi dan pertukaran informasi juga dapat disesuaikan dengan siapa kita menjalin hubungan interpersonal. Yang lebih penting, dalam proses penjajakan pribadi seseorang, tentu saja komunikasi antarpribadi berperan besar karena keterbukaan informasi, pertukaran makna, dan penyatuan rasa dapat tercipta jika interaksi antarindividu selalu dijaga.

Referensi:

Altman, I., & Taylor, D. A. (1973). Social penetration: The development of interpersonal relationships. Holt, Rinehart & Winston.

Beebe, S. A., Beebe, S.J. & Redmond, M.V. (2011). Interpersonal communication: Relating to others (6th ed.). New York: Allyn & Bacon –Pearson.

Manning, J. (2019). Thinking about interpersonal relationships and social penetration theory: Is it the same for lesbian, gay, or bisexual people. Casing communication theory, 293-303.

Contributor: Lily El Ferawati

Editor: Lily El Ferawati