‘The BFG’: Spielberg dan Dongeng Barunya
‘The BFG’ memulai ceritanya tanpa berbasa-basi. Di sebuah panti asuhan, seorang gadis kecil bernama Sophie (Ruby Barnhill, begitu menggemaskan dan berbakat) melihat sosok raksasa melalui jendelanya menjelang subuh. Sophie yang katanya menderita insomnia memang suka kelayapan di tengah malam dan malam itu bukanlah pengecualian.
Malam itu, si raksasa (Mark Rylance, dari penampilannya yang berbuah Oscar tahun lalu dalam ‘Bridge of Spies’) menculik Sophie ke dunianya. Tentu saja, si raksasa yang akhirnya diberi nama BFG (Big Friendly Giant, Raksasa Baik Hati) itu tadinya mau mengurung Sophie agar menutup mulutnya soal kehadiran para raksasa. Namun hubungan mereka berdua berkembang menjadi lebih dari sekedar “partner in crime”.
Masalah terjadi ketika raksasa lain mengetahui kehadiran Sophie. Berbeda dengan BFG, raksasa lain memakan anak-anak sebagai cemilan mereka. BFG dan Sophie pun akhirnya mengatur rencana untuk membuat para raksasa ini berhenti melakukan perbuatan jahat.
Diadaptasi oleh Melissa Mathison, ‘The BFG’ menawarkan sebuah dongeng klasik yang akan membuat anak-anak diam dengan tenang di kursi bioskop. Mathison dengan cerdik mengenalkan dunia BFG dengan kasual dan membawa penonton ke petualangan yang magis. Pengembangan karakter antara BFG dan Sophie pada akhirnya akan membuat penonton terikat sehingga ketika adegan dramatis terjadi, penonton akan langsung terbawa.
Mathison tidak hanya cerdik dalam mengatur plot, namun dia juga menyisakan waktu untuk menawarkan beberapa lelucon yang dijamin akan membuat Anda sekeluarga tertawa senang. Bekal skrip yang solid tadi kemudian dibawa Spielberg ke level yang hanya bisa dilakukan oleh maestro seperti dia. Spielberg merangkai ‘The BFG’ dengan aspek teknis yang luar biasa.
Seperti karya-karya live action Disney terakhir, visual film ini akan membuat Anda terpana. Kamera Janusz Kaminski dengan telaten membawa penonton ke sebuah dunia yang spektakuler. Visual yang megah itu kemudian diikuti dengan iringan musik dari John Williams yang megah. Williams yang merupakan langganan Spielberg merangkai musik yang begitu syahdu sehingga Anda tidak akan sadar terhanyut ke dalam sebuah drama yang melankolik ketika film sampai di babak ketiga. Di area komikal, Williams dengan cepat mengatur musiknya menjadi lebih jenaka.
Film ini dengan mudah akan membuat anak-anak terpikat, namun penonton dewasa pun juga akan merasakan hal yang sama. Keajaiban Spielberg adalah dia bisa membawa penonton dewasa kepada memori kanak-kanak sehingga mereka pun tetap bisa merasakan keceriaan yang sama seperti penonton anak-anak. Ada beberapa momen ‘The BFG’ yang saking sentimentilnya, penonton dewasa bisa berkaca-kaca melihatnya.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
http://international.binus.ac.id/wp-admin/post-new.php