‘Me Before You’: Sekedar Menguras Airmata
Jakarta – Salah satu subgenre drama yang akhir-akhir ini kembali diminati adalah drama “penguras airmata”. Genre yang jelas-jelas tujuan utamanya adalah membuat penontonnya menangis ini kembali naik daun setelah ‘The Fault In Our Stars’ terbukti berhasil menciptakan keriuhan di kalangan penonton remaja. Mengikuti jejak Hazel dan Augustus, ‘Me Before You’—yang juga diadaptasi dari novel best-seller, kali ini karya Jojo Moyes—siap sedia untuk mengajak penonton meraih tisu di tengah kegelapan bioskop.
Film ini dimulai dengan pengenalan karakter utama bernama Louisa Clark (Emilia Clarke yang dikenal dari perannya yang gila-gilaan di serial hits HBO ‘Game of Thrones’) yang baru saja dipecat dari pekerjaannya sebagai waiter. Hampir semua orang tahu bahwa Lou lebih dari sekedar pelayan. Namun Lou tahu, kehadirannya sangat dibutuhkan oleh keluarganya yang pas-pasan. Untuk itulah dia terus mencari pekerjaan pengganti.
Rezeki datang pada saat yang dibutuhkan. Seorang pasien yang paralisis membutuhkan bantuannya. Dia adalah Will Trainor (Sam Claflin, yang sempat mejeng bareng J-Law dalam tiga jilid terakhir serial ‘Hunger Games’), mantan pekerja keras yang sekarang lumpuh karena kecelakaan motor. Tentu saja, pada awalnya, hubungan mereka berdua sangatlah kaku. Namun lama kelamaan, keduanya menemukan sesuatu yang tidak mereka sangka-sangka.
Will Trainor menikmati fashion Lou yang “ngaco”, sementara Lou terkesima dengan kepribadian Will yang begitu hangat. Yang menjadi penghalang adalah keinginan Will untuk mengakhiri hidupnya enam bulan lagi. Sekarang Lou mempunyai misi untuk menunjukkan bahwa hidup adalah sebuah anugerah yang terlalu mahal untuk disia-siakan.
Ditulis oleh Jojo Moyes sendiri, ‘Me Before You’ adalah semua yang Anda harapkan dari sebuah drama “penguras airmata”. Aktor-aktor yang rupawan? Ada. Khayalan tingkat tinggi? Will tinggal di kastil milik keluarganya! Ending yang mengharu biru? Jelas. Dengan visual yang begitu mengkilap dan berkaramel, film ini akan menjadi comfort food semua penggila chick-flick.
Sayangnya, sang sutradara The Sharrock dan juga penulis skrip tidak pernah beranjak dari comfort zone mereka. Film ini terlalu fokus untuk menunjukkan sisi sentimentil ketimbang mempersembahkan realita. Topik mengenai disability dan apakah euthanasia layak atau tidak adalah salah satu tema yang berani. Dalam film ini, baik Sharrock maupun Moyes hanya menggunakan hal tersebut sebagai plot device bukannya poin untuk berkomunikasi pada penonton. Hasilnya, topik tersebut hanya menjadi tempelan dan bukannya statement.
Pada ‘The Fault In Our Stars’ penonton ditunjukkan bagaimana cara memperlakukan pasien kanker dan apa saja paradigma yang keliru mengenai mereka. Sayang sekali, ‘Me Before You’ berakhir menjadi sebuah film cantik yang hampa. Momen-momen manis di film ini hanya terasa selintasan sebelum akhirnya semuanya kandas di tengah jalan. Sisi emosional Will yang berpotensi untuk dieksploitasi hadir hanya separuh-separuh.
Untungnya, Sharrock mempunyai dua pemain utama yang bagus. Clarke, dengan senyumnya yang lebar dan matanya yang cemerlang, akan sanggup membawa Anda ke suasana penuh suka cita dan optimisme setinggi langit. Claflin di sisi lain memberikan kepribadian yang cukupan untuk karakter yang hanya satu dimensi. Dia membuat Anda percaya bahwa Lou naksir Will karena kepribadiannya bukan karena dia ganteng atau kaya raya. Keduanya mempunyai chemistry yang bagus sehingga film ini tetap akan bisa membuat Anda menangis.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
Source:
http://hot.detik.com/premiere/d-3291210/me-before-you-sekedar-menguras-airmata