‘Ghostbusters’: Pemburu Hantu versi Feminis
Jakarta –
Film terbaru Paul Feig ini dengan berani me-reboot salah satu warisan terwahid dari era 80-an dengan mengganti gender keempat karakter utamanya menjadi perempuan. Tindakan yang didukung oleh para feminis tersebut tentu saja membuat banyak fans berat (dan juga penonton yang seksis) menjadi murka. Hasilnya, ‘Ghostbusters’ yang terbaru ini masuk sejarah menjadi video yang paling banyak mendaparkan “thumbs down” ketika trailer-nya dirilis di Youtube. Pertanyaannya, selain kontroversi yang panas, apakah akhirnya reboot Ghostbusters ini berhasil?
Cerita ‘Ghostbusters’ dimulai ketika Erin (Kristen Wiig) menemukan bukunya yang ingin dia kubur dalam-dalam mendadak muncul di luaran. Dengan prospek menjadi dosen tetap di universitas bergengsi, Erin tentu saja langsung melabrak Abby (Melissa McCarthy), partner penulis dalam buku tentang hantu tersebut. Ditemui di laboratoriumnya, Erin segera meminta Abby untuk menarik kembali buku itu. Gara-gara buku itu, Erin jadi kedatangan orang asing yang meminta bantuannya untuk mengusir hantu.
Bagian yang menyebutkan tentang penampakan makhluk paranormal membuat Abby dan Holtz (Kate McKinnon) langsung bersemangat. Ketiganya segera pergi ke vila berhantu yang dimaksud dan segeralah mereka melihat sosok hantu yang membuat Erin kembali percaya kepada keyakinannya atas makhluk halus.
Kemunculan hantu-hantu ini semakin meningkat di sekitaran New York. Petugas subway bernama Patty (Leslie Jones) melapor kepada Erin dan kawan-kawan soal ini. Tidak lama bagi mereka untuk meresmikan diri menjadi pembasmi hantu. Dan begitu semakin banyak hantu berkeliaran, peran mereka menjadi semakin penting untuk menjaga ketentraman hidup semua orang.
Paul Feig adalah sutradara yang sangat berbakat. ‘Bridesmaids’, ‘The Heat’ dan ‘Spy’ adalah sederet karya komedinya yang berhasil. Feig tahu benar bagaimana memaksa aktor-aktornya untuk mengeluarkan kemampuannya untuk melucu. Tidak hanya ahli dalam mengocok perut, Feig juga bisa menyuntikkan rasa humanis dalam setiap karyanya. Dalam ‘Bridesmaids’, kita jadi bersimpati kepada Annie (yang juga diperankan oleh Kristen Wiig). Dalam ‘The Heat’, Feig mengajarkan penonton akan rasa kesepian. Dalam ‘Spy’, Feig memperlihatkan bahwa menyerah bukanlah pilihan.
Sayangnya, semua bakat tersebut tidak nampak dalam ‘Ghostbusters’ era snapchat ini. Skrip yang ditulis oleh Feig sendiri dan juga Katie Dippold (yang sudah bekerja sama dalam ‘The Heat’) begitu lemah. Keempat karakter utama dalam film ini nampak letoy meskipun mereka dilengkapi dengan senjata mematikan. Mereka tidak mempunyai karakteristik yang jelas yang pada akhirnya membuat emosi filmnya menjadi datar. Selain Abby dan Erin, tidak ada karakter lain yang mempunyai misi dan visi yang jelas.
Holtz dan Patty memang terlihat ramai, tapi mereka seperti karikatur hitam putih di surat kabar. Tidak ada nyawa dalam karakter mereka yang membuat keduanya menjadi hampa. Bandingkan dengan ‘Bridesmaids’ yang meskipun dijejali oleh enam orang perempuan sebagai karakter sentral tapi semuanya mempunyai identitas yang komplit.
Hampir semua karakter dalam film ini terlihat hanya satu dimensi saja. Apalagi karakter antagonisnya. Kalau saja karakternya dihapus dan hantu itu muncul begitu saja, filmnya tidak akan berubah. Peran Kevin (Chris Hemsworth) sebagai sekretaris memang bisa jadi pernyataan yang feminis. Inilah saatnya cowok ganteng menjadi objek seksual dan bahan ketawaan. Tapi setelah perannya dieksploitasi habis-habisan, sosoknya pun menjadi seperti kopi yang sudah dingin.
Humor-humor yang ditulis oleh Feig dan Dippold juga kurang ngegas. Keputusan Feig untuk mengandalkan CGI sebagai bahan bakar keseruan juga terlalu cetek untuk sutradara sehandal dia. Dengan tiga veteran SNL (Kristen Wiig adalah alumni SNL, sementara Kate McKinnon dan Leslie Jones masih menjadi anggota) dan si Ratu Komedi Melissa McCarthy, Feig mestinya bisa mengeksplor talenta tak terbendung mereka untuk menghasilkan film yang gila-gilaan.
Film ini justru terasa lebih menyenangkan ketika Feig berfokus kepada kesibukan empat karakter ini. Ketika mereka sedang asyik sendiri di kantor dan Erin menggodai Kevin yang tolol, film ini terasa seperti sebuah komedi yang cukupan. Tapi sayang, Feig keburu menekan tombol enter untuk mengeluarkan semua CGI yang mengharuskan mereka bergaya keren di depan kamera.
Untuk ukuran sebuah reboot, ‘Ghostbusters’ memang agak jauh lebih mendingan daripada film kebanyakan. Sebagai komedi, film ini masih memberikan beberapa humor yang tidak akan membuat Anda menyesal telah menontonnya di bioskop. Namun sebagai film Paul Feig yang diperankan oleh empat orang komedian berbakat, film ini terasa seperti habis dimuntahin lendir oleh makhluk halus.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
Sumber:
http://hot.detik.com/premiere/3259584/ghostbusters-pemburu-hantu-versi-feminis