The Huntsman Winters War, Perlawanan Sang Ratu Es

Jakarta

Menerapkan hukum ekonomi yang bagus, Universal langsung memberikan lampu hijau untuk sekuel ‘Snow White and the Huntsman’ begitu film tersebut laris manis di pasaran. Banyak faktor yang mempengaruhi kenapa film itu ternyata begitu digemari oleh penonton. Visual yang indah bisa jadi yang utama. Meskipun ini merupakan debut penyutradaraan Rupert Sanders, dia ternyata bisa membuktikan bahwa visualnya begitu memikat.

Faktor kedua mungkin plot cerita. Revisi Putri Salju menjadi seorang jagoan dan ikut berperang melawan si ibu tiri yang jahat mungkin menjadi alasan kenapa film tersebut begitu menghentak ketika dirilis. Dan, yang ketiga adalah pemain-pemainnya. Kristen Stewart saat itu sedang panas-panasnya dengan serial ‘Twilight’. Chris Hemsworth memikat banyak orang dengan ‘Thor’. Dan, siapapun akan terkesima menyaksikan Charlize Theron, aktris pemenang Oscar yang dikarui fisik seperti dewi, menjadi ibu tiri yang begitu jahat.

Kemudian muncullah skandal perselingkuhan antara pemain dan sutradara. Stewart yang kala itu berpacaran dengan Robert Pattinson dikabarkan main gila dengan sutradaranya yang sudah beristri. Publik terkejut dan Universal akhirnya memutuskan untuk mencari jalan lain untuk tetap melanjutkan sumur emasnya ini. Craig Mazin dan Evan Spiliotopoul didapuk untuk membuat kisah yang masih berhubungan dengan dunia film pertamanya, tapi tanpa perlu menampilkan sosok si Putri Salju sama sekali.

Film kemudian dibuka dengan Ravenna (Charlize Theron) yang bermain catur, dan lagi-lagi membunuh sang raja demi kekuasaan. Adiknya, Freya (Emily Blunt) tidak memiliki ambisi sebesar dirinya. Tapi Ravenna tahu, bahwa ia dan saudarinya ditakdirkan untuk mempunyai yang tak terkalahkan. Kemudian Freya dikhianati dan anaknya menjadi korban. Muncullah kekuatan yang selama ini dia simpan. Freya kemudian pergi dari kerajaan Ravenna dan membuat kastilnya sendiri di utara. Kini ia dikenal sebagai Ratu Es.

Di kastilnya yang beku, Freya mengutus semua anak buahnya untuk menculik anak-anak kecil. Ia merasa mereka terkungkung oleh orang tua mereka. Ia juga merasa bahwa tidak akan ada yang mencintai anak-anak ini sebesar ia menyayangi mereka. Maka ia mengajari anak-anak ini pelajaran paling berharga di dunia: janganlah kalian saling jatuh cinta. Jatuh cinta hanya akan membuatmu sakit hati dan terluka.

Tapi hal tersebut tidak menghalangi Eric (Chris Hemsworth) dan Sara (Jessica Chastain) untuk saling mencinta. Tentu saja mereka akhirnya berpisah dan tersadar bahwa Freya sudah dikuasai oleh ambisi yang sama seperti yang dipunyai kakaknya yang telah tiada. Tujuh tahun kemudian Eric masih berkelana ketika sang raja, William (cameo dari Sam Clafin yang bertahan tidak sampai lima menit), mengaku bahwa cermin di kerajaan harus dimusnahkan. Putri Salju katanya sakit-sakitan dengan keberadaan cermin tersebut. Dalam perjalanan menghancurkan cermin itulah Eric bertemu lagi dengan Sara dan akhirnya mereka berdua menghadapi petualangan yang mungkin akan menyatukan lagi cinta mereka.

‘The Huntsman: Winter’s War’ ternyata masih mengikuti pendahulunya dalam soal penceritaan. Ilmu yang dijalankan adalah cerita yang ala kadarnya, yang penting menghibur dan serahkan semua kepada CGI untuk membuat filmnya punya gambar yang menarik. Skrip yang ditulis Craig Mazin dan Evan Spiliotopoul sama sekali tidak menawarkan sesuatu yang baru selain mungkin misteri, ke mana sosok Putri Salju yang tidak pernah nampak bahkan satu frame pun. Motivasi Freya pun akhirnya menjadi basi karena pondasi dia tidak ada. Adegan final antara Eric dan Ravenna pun juga kalah klimaks jika dibandingkan dengan pendahulunya.

Sekuel ini disutradarai oleh Cedric Nicolas-Troyan yang seperti Sanders memulai debutnya di sini. Sebelumnya dia bekerja sebagai tim visual efek untuk ‘Snow White and the Huntsman’―yang mendapatkan nominasi Oscar atas departemen tersebut―dan second unit director untuk Maleficent. Secara penyutradaraan, Nicolas-Troyan masih belum fasih untuk mengarahkan aktornya untuk bermain menjadi gemilang. Skrip yang semenjana mungkin menjadi salah satu alasan kenapa Nicolas-Troyan terengah-engah memberikan motivasi kepada aktor-aktornya. Meskipun dia mempunyai aktor sekaliber Emily Blunt, Jessica Chastain dan Chris Hemsworth, Nicolas-Troyan jelas kelihatan kebingungan. Meskipun Charlize Theron tetap masih mencuri perhatian dengan matanya yang mendelik-mendelik jahat tapi sosoknya kurang memorable jika dibandingkan dengan film pertama.

Secara visual, meskipun film ini tetap megah tapi belum bisa dibandingkan dengan film sebelumnya. Mungkin karena budget-nya dipangkas hampir sepertiganya jika dibandingkan dengan film pertamanya. Hal yang tidak lazim karena biasanya sekuel biayanya lebih mahal dari film pertamanya. Bujet yang kurang wah ini akhirnya berpengaruh kepada CGI yang kurang megah jika dibandingkan dengan yang pertama. Tonewarnanya pun juga berbeda dengan film pertamanya. Bagaimanapun, ‘The Huntsman: Winter’s War’ adalah produk Hollywood. Desain kostum dan production design-nya tetap jempolan. Walaupun akhirnya membuat filmnya terasa seperti para model cantik yang bersiap untuk photo shoot kemudian berantem dan cakar-cakaran.

Sebagai sebuah tontonan pelepas lelah, ‘The Huntsman: Winter’s War’ memang tidak buruk-buruk amat. Tidak ada yang bisa menyangkal kenikmatan menyaksikan si Furiosa, eh, Charlize Theron untuk menjadi jahat dan tampil cantik saat melakukannya. Comic relief yang dimainkan oleh dua kurcaci―lima sisanya sepertinya disubsidi bujet―cukup membuat tersenyum. Dan Jessica Chastain menunjukkan bahwa dia bisa meyakinkan Anda untuk menjadi pemanah dan petarung yang handal meskipun chemistry-nya dengan Hemsworth absen. Tapi jika Anda menginginkan tontonan yang membuat Anda terpuaskan lahir batin, ini bukanlah film yang Anda cari.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta

sumber :

https://hot.detik.com/movie/read/2016/04/15/145017/3188889/218/the-huntsman-winters-war-perlawanan-sang-ratu-es?h993305hotnews

Whatsapp