Pendidikan Harus Relevan dengan Industri
JAKARTA – Proses pembelajaran di tingkat pendidikan tinggi menentukan keberhasilan lulusan dalam memasuki dunia kerja. Sayangnya, hingga saat ini banyak fresh graduate yang masih kebingungan ketika terjun di industri lantaran kurang dibekali pengetahuan bisnis dan dunia kerja.
Direktur Jenderal Kelembagaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) Patdono Suwignjo mengatakan, angka pengangguran dari kalangan berpendidikan semakin meningkat. Salah satu penyebabnya, pendidikan Indonesia yang tidak relevan atau sejalan dengan kebutuhan industri.
”Sebelumnya prioritas kami adalah meningkatkan akses dengan memperbaiki infrastruktur dan memberikan beasiswa. Tetapi dalam lima tahun ke depan, prioritasnya adalah meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, daya saing, dan menciptakan pembelajaran yang relevan dengan industri,” katanya dalam acara Opening Ceremony Indoped di Binus University International, Jakarta, kemarin.
Menurut dia, lima institusi pendidikan di Eropa bersama enaminstitusipendidikanTanah Air saat ini sedang mengembangkan Indoped, yakni sebuah proyek yang didanai Uni Eropa (EU) untuk mengakomodasi pengembangan pendidikan, baik di Indonesia maupun Eropa. Tujuannya, memperbaruisistem pendidikan dengan pendekatan baru, termasuk kolaborasi antaruniversitas dan korporasi yang sudah biasa diterapkan pada sistem pendidikan Eropa.
Tak tanggung-tanggung, guna mendukung proyek tersebut, Uni Eropa menggelontorkan dana sebesar 1 juta euro untuk tiga tahun ke depan. ”Proyek Indoped relevan dengan tujuan Kemenristek-Dikti, terutama untuk meningkatkan kapasitas pendidikan tinggi di Indonesia. Ditambah dengan adanya student center learning dan inovasi,” ucapnya.
Kemenristek-Dikti mendukung proyek tersebut. Indoped juga menjadi salah satu kesempatan bagus untuk membangun kerja sama antara institusi pendidikan Indonesia dan luar negeri. Kendati demikian, dia juga memberikan beberapa catatan untuk pelaksanaan proyek ini. ”Kalau ada hambatan, silakan tanyakan ke kami.
Jika nanti sukses, bisa diterapkan dan disosialisasikan di kampuskampus lainnya. Namun, model pembelajaran harus disesuaikan dengan tradisi, kultur, dan tingkat pendidikan di Indonesia. Pada proyek ini, kelima institusi pendidikan Eropa yang bergabung, meliputi Turku University of Applied Science (TUAS), Inholland University, University of Seville, Erhvervsakademi Aarhus (EAAA), dan University of Gdansk.
Sedangkan enam institusi pendidikan Indonesia yang terlibat, yakni Binus University International (BUI), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Widya Mandala Katolik (UWMK), Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), dan Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC).
Head of Indoped Project Harri Lappalainen menjelaskan, ada alasan tersendiri lima kampus tersebut dilibatkan dalam proyek tersebut, yaitu setiap kampus itu memiliki karakteristik berbeda. ”Ada dua alasan mendasar mengapa kami memilih lima kampus tersebut. Pertama tipe kampus yang berbeda, dan kedua menyangkut wilayah,” tuturnya.
Di UIN Syarif Hidayatullah, ucap Harri, merupakan kampus yang berlatar belakang agama Islam. Sebaliknya pada UWMK berlatar belakang Katolik, sedangkan UNY merupakan salah satu kampus negeri ternama di Tanah Air. ”Binus University International sudah menerapkan metodepembelajaran studentcenter learning, sedangkan Unsyiah adalah universitas negeri yang keislamannya juga kuat,” paparnya.
Dengan keberagaman tersebut akan mudah menemukan kebutuhan setiap kampus berikut metode yang tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pada proyek Indoped, lanjut Harri, terdapat dua area yang akan diperkuat, yakni cara belajar-mengajar dan hubungan antara universitas dan industri.
”Karena ini proyek riset maka diselesaikannya melalui riset. SejakditerapkanOktoberlalu, ada beberapa temuan berbeda setiap kampus. Misalnya untuk UIN yang harus ditingkatkan adalah hubungan dengan industri. Di Unsyiah, mahasiswanya masih belum percaya diri, kemampuan bahasa juga harus ditingkatkan,” tutur Director Academic Development Binus University International Tri A Budiono.
neneng zubaidah/okezone
Sumber:
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=27&date=2016-04-13