Asta RAN Handoko
Yang muda, Jakarta – Tim Yangmuda berkesempatan berbincang-bincang dengan Astono Handoko atau yang dikerap disapa Asta. Dia adalah salah satu personil RAN yang mengisi suara gitar. Kegemarannya dalam dunia musik kini membuatnya melangkah menjadi seorang produser dan kecintaanya terhadap kuliner nusantara dengan menjadi pengusaha makanan. Mari simak wawancara Tim Yangmudacom dengan Asta berikut ini, Yangmuda!
Kapan pertama kali kamu bermain gitar?
Waktu itu gue masih duduk di bangku SMP, kebetulan ayah sendiri gemar musik. Tapi, yang ngajarin gue main gitar malah satpam rumah hahaha… Gue masih ingat lagu pertama kali yang gue mainin waktu itu ‘Radja’ dari /rif.
Sebagai seorang musisi, apa kesulitan terbesar?
Pertama mungkin tantangan untuk selalu melakukan invoasi. Waktu berjalan terus, saingan semakin banyak, bagaimana caranya karya yang dihasilkan itu bisa terus diterima di masyarakat. Orang selalu butuh warna baru dan ide segar.
Kedua, karena waktunya tidak stabil secara enggak langsung gue harus siap luar dan dalam. Enggak seperti orang kantoran lainnya, sebagai seorang musisi yah kadang-kadang enggak ada liburnya, waktunya enggak teratur.
Kapan momen dimana kamu akhirnya yakin menjadi seorang musisi?
Gue waktu itu masih kuliah di Binus Internasional, terus gue dapat kesempatan buat ambil double degree di Australia. Kebetulan dua kesempatan ini datangnya bareng, gue mau jalan bareng RAN dan ambil double degree di Australia.
Awalnya enggak diperbolehkan sama orang tua, “Kamu ini mau jadi musisi apa gimana?, kamu mau milih yang mana?”. Akhirnya gue ambil keputusan bulat buat tetap berkarir di Indonesia bersama RAN, sambil nerusin kuliah dan enggak jadi ke Australia.
Alhamdulillah lancar, gue lulus tahun 2005, album pertama RAN juga keluar.
Sempat mikir buat kerja kantoran?
Enggak, hehe… Karena gue udah nyemplung bareng RAN, yaudah gue lanjutin disini. Ga ada fikiran buat kerja kantoran, fokus di RAN aja. Secara income juga udah mencukupi.
Senang rasanya bisa berkarya, menyalurkan hobi apalagi bisa jadi pekerjaan.
Benar musisi favorit kamu John Mayer?
Benar banget, awalnya gue liat dia dulu di TV, ini siapa tiba-tiba ada orang main gitar asik banget dan suaranya bagus. Alhasil gue bela-belain minta beliin CD John Mayer, waktu bokap gue lagi tugas ke Amerika. Disini dulu enggak ada, belum ada iTunes dll. Setelah gue pegang albumnya, keren…
John Mayer dan Jamiroquai sedikit mempengaruhi personal gue dalam bermusik.
Seandainya kamu bisa berkolaborasi dengan para musisi dunia, entah yang sudah meninggal, masih hidup, atau sebuah band yang sudah bubar, kamu mau sama siapa?
Di Indonesia gue mau kolaborasi sama alm. Chrisye, kalau internasional gue mau sepanggung sama alm. Michael Jackson.
Lokal gue juga mau banget bisa kolaborasi sama Iwan Fals, legenda hidup Indonesia, belum kesampaian sampai sekarang hehehe…
Kiat-kiat kamu sendiri dalam proses kreatifitas gimana?
Wah, enggak bisa di terka sama sekali hahaha… Karena mood itu berubah-ubah, inspirasi enggak bisa diniatin. Paling kalau lagi niat, gue biasanya refreshing sendiri. Jauhin diri dari rutinitas dulu biar nyegerin otak.
Pandangan kamu terhadap insutri musik saat ini?
Sedang berjuang. Dari tahun ke tahun pembajakan makin marak, di segala aspek malah. Dari pihak musisi banyak yang dirugikan.
Padahal banyak musisi-musisi baru yang bermunculan di Indonesia, mereka perlu ruang dan materi yang membantu perjalanan mereka. Enggak sedikit sekarang grup dan para musisi yang unik bermunculan, ini perlu diangkat.
Dan misalnya kamu dikasih wewenang dalam melakukan perubahan di industri musik Indonesia, kamu mau ngapain?
Gue akan coba memblok semua website yang berpotensi mengunduh file secara gratis. Akan ada satu tim khusus yang educated di mana mereka akan mantau terus dengan ketat. Harus kerja sama dengan pemerintah, pihak label, musisinya sendiri dll. Kalo ada karya ilegal yang diunggah, langsung di blok!
Lebih galak lagi gue sweeping ke daerah-daerah yang menjual CD bajakan, sebagai musisi sebuah karya itu harus dihargai.
Dalam sebuah grup kan biasanya suka gonta-ganti personil, bahkan bubar, lo sendiri bersama RAN gimana nanggulanginnya?
Semua itu bisa diatasi dengan komunikasi. Intinya kalo komunikasi lancar, semua asumsi itu bisa hilang.
Ada satu kisah yang enggak bisa kamu lupain bersama RAN?
Ada, waktu launching pertama kali. Itu jumlah penontonnya banyak banget dan pada nyanyi bareng semua. Gue terharu, Rayi, dan Nino juga pasti merasakan hal yang sama, dimana karya yang kita buat bisa menghibur para pengunjung waktu itu.
Definisi sukses sebagai musisi menurut kamu apa?
Sukses adalah dimana banyak orang yang mengapresiasi karya gue. Contoh, waktu itu gue liat pengamen bawain lagu RAN, itu enggak biasa. Hebat. Kalau anak muda yang dengar atau anak sekolah, itu mungkin sudah biasa. Tapi kalo pengamen yang nyanyiin, gue salut. Karya gue bisa sampai ke sana, dan dinyanyikan lagi oleh sang pengamen untuk menghibur orang.
Apa yang membuat lo bertahan sampai sekarang di dunia musik?
Musik itu sendiri, kecintaan terhadap musik. Kalo pakai passion, itu beda pasti hasilnya. Diharuskan terus buat inovasi baru, gaya lain, proses yang ada di dalamnya membuat gue bertahan sampai sekarang.
Prinsip yang kamu pegang?
Apa yang lo tanam, itu yang akan lo tuai nantinya. Kalo lo melakukan kebaikan, lo pasti dapat kebaikan, cuma mungkin waktunya bisa secara spontan atau lama. Atau contoh lain, kalo lo sering nabung, lo akan punya banyak uang. Ada hukum alam tersendiri, gue pribadi selalu melakukan yang terbaik aja dalam segala hal.
Bagaimana rasanya jadi orang terkenal?
Enaknya… jadi lebih banyak teman. Gue sama RAN itu sangat mobile, kesana terus kesini, ketemu lingkungan baru, orang-orang baru dari segala kalangan. Lagi di jalan tiba-tiba ada yang manggil, “Asta RAN ya?” senang rasanya ada orang yang kenal gue.
Sekarang kamu sudah merambah menjadi seorang produser, itu bagaimana prosesnya?
Dua hal yang berbeda antara musisi dan jadi produser. Awalnya lagi ngobrol biasa sama Raisha, “Gue mau bikin album nih As,” kata Raisha, yaudah gue bantuin pembuatan album dia. Dengan kalimat se simple itu. Dibungkus jalan deh.
Gue juga mau ambil S2 jadi produser nanti. Selain menciptakan dan membawakan karya sendiri gue juga mau membantu musisi lain berkarya.
Keluh kesah menjadi seorang produser?
Lagi-lagi waktu. Gue aktif sebagai musisi, aktif sama RAN juga. Manggung sana-sini, promo, buat lagu baru dll. Terus tiba-tiba sebagai produser gue harus ngurusin rekaman Raisha dll. Pembagian waktu lebih penting, otak harus diperas terus hahaha…
Jadi produser gue dibelakang layar, beda sama RAN yang didepan layar. Pola pikirnya juga harus beda, nurunin ego, biar bisa seimbang di segala sisi. Enggak bisa terlalu idealis, enggak bisa terlalu komersil juga. Harus balance.
Sejauh apa langkah kamu sebagai produser?
Kalo album masih album Raisha aja, belum ada lagi. Yang lain masih single-single.
Suka kuliner ya katanya?
Iya, gue suka banget kuliner, gue suka makan. Dari luar Indonesia gue suka makanan Jepang, kalo dari nusantara gue suka masakan padang. Tapi kalo jajanan gue paling suka somay, kalo lagi mau dan ada tukang somay yang lewat, pasti gue beli.
Sekarang udah buka usaha makanan ‘Taburi’ rendang, itu gimana ceritanya?
Sama, dari ngobrol-ngobrol iseng juga hahaha… Gue sama ketiga teman SMA gue merealisasikan ini karena kesukaan gue terhadap kuliner. Ini karya dalam bentuk makanan
Teman SMA gue ini keluarganya punya resep rendang enak banget, akhirnya kita bikin inovasi baru dari resep itu, rendang cabe rawit.
Pertama kali berjalan kapan?
Pertama kali launch itu tahun 2012, waktu bulan puasa. Jualnya awal-awal masih lewat media sosial, eh ternyata banyak banget yang pesan. Bulan pertama itu sekitar 500 orang yang mesan, bulan selanjutnya juga hampir. Akhirnya yaudah diseriusin.(bob)