Satu Tubuh Banyak Dunia

ANTARA/YUDHI MAHATMA

PEREMPUAN dengan banyak dunia, gambaran itulah yang layak disematkan pada Nova Riyanti Yusuf.

Sejak usia muda ia lincah menggeluti banyak bidang.

Tidak hanya itu, ia pun menorehkan jejak yang tidak sepele.

Selepas lulus sarjana kedokteran Universitas Trisakti pada 2002, Nova kemudian terjun kembali ke dunia tulis-menulis yang memang menjadi minatnya sejak remaja.

Hasilnya tidak sepele karena pada 2003 ia berhasil menerbitkan novel pertama, Mahadewa Mahadewi.

Setahun kemudian ia menghasilkan dua novel, Imipramine, dan novel adaptasi dari skenario film layar lebar 30 Hari Mencari Cinta.

Setelah menghasilkan lagi sejumlah novel dan buku kumpulan esai, pada 2008 ia melebarkan sayap menjadi penulis skenario film layar lebar Merah itu Cinta (Rapi Films).

Saat menjadi dokter untuk klinik di Universitas Paramadina, Nova mulai berkenalan dengan dunia politik.

“Di situ kan kampusnya lebih ke politik, ketemu deh banyak orang di sana, bergaulnya ya begitu tidak sengaja,” ujarnya.

Sementara itu, kegiatan menulis novel dan seknario itu terus dijalani berbarengan dengan menempuh program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Gelar dokter spesialis itu diraihnya pada 2009.

Hanya berselang sebentar, pada 1 Oktober 2009 ia dilantik menjadi anggota DPR.

Sang politikus rookie ini tidak setengah-setengah dalam menjalani tugas dengan terbukti mampu menghasilkan produk legislasi.

Padahal, banyak anggota DPR senior sekalipun yang sulit masyarakat lacak prestasi mereka dalam hal legislasi.

Kini dengan sederet pekerjaan di rumah sakit, kesibukan tetap lekat dengan hari-harinya.

Terlebih ia juga masih bertugas sebegai dosen bidang penulisan kreatif di Binus International University dan dosen Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

Namun, Nova mengaku tidak lagi merasakan banyak tantangan.

“Kurang tantangan,” katanya.

Ia menuturkan kini tak ada lagi ancaman pelemparan kain dengan air keras ke mobil yang terparkir di rumahnya seperti yang dulu pernah terjadi atau jenis serangan lain yang kerap tidak terduga.

“Jadi dibandingkan dengan waktu masih di DPR, sibuk begini sih tidak ada apa-apanya,” lanjutnya sambil tertawa.

Meski begitu, ketika ditanya rencana untuk kembali ke dunia politik, mantan Wakil Ketua Komisi IX DPR ini menilai urgensinya sudah tidak ada lagi.

“Sekarang bolanya ada di pemerintah untuk melanjutkan aturan turunannya,” pikirnya.

Nova merasa perannya lebih maksimal dalam supervisi melalui kegiatan di rumah sakit, jalur akademis, ataupun bekerja sama dengan tim kementerian.

Selain itu, ia pun teringat wejangan sang ibu soal saatnya menerapkan ilmu kedokteran yang sudah dipelajarinya 11 tahun. (M-3)

Sourcehttp://mediaindonesia.com/news/read/81568/satu-tubuh-banyak-dunia/2016-12-08

Whatsapp