‘Passengers’: Kisah Cinta ala Penumpang Pesawat Luar Angkasa

Foto: IMDB

Jakarta – Dua bintang raksasa Hollywood, Jennifer Lawrence dan Chris Pratt, bermain dalam sebuah sci:fi epik ber-setting luar angkasa dengan sutradara Morten Tyldum, sutradara di balik biopik keren ‘The Imitation Game’. Seharusnya semuanya berjalan dengan baik, dan menjadikan film ini sebuah tontonan liburan yang nendang. Tapi kenyataannya, ‘Passengers’ lebih mempunyai banyak lubang di pesawat daripada pohon hijau yang menebarkan oksigen.

Jim (Chris Pratt, film blockbuster keduanya setelah membuai penonton lewat ‘Jurassic World’) adalah seorang mekanik yang terbangun dari hibernasinya di sebuah pesawat Avalon yang membawanya dari Bumi ke planet baru, Homestead II. Terbangunnya Jim adalah sebuah kesalahan fatal. Dia tidak seharusnya bangun dari hibernasinya karena perjalanan dari Bumi ke Homestead II masih butuh 90 tahun lagi.

Panik karena tidak ada siapapun yang bangun di pesawat, Jim berusaha keras untuk mencari cara agar dia bisa kembali tidur di kapsulnya. Namun usahanya sia-sia. Yang menemaninya hanyala sebuah android bernama Arthur (Michael Sheen). Jim akhirnya menghabiskan waktunya hanya dengan bermain-main, dan tidak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya. Jenggotnya memanjang, kamarnya berantakan, usaha untuk tetap hidup menghilang.

Kemudian dia melihat Aurora (Jennifer Lawrence). Seorang penulis dari New York yang ingin menuliskan karya besar dengan ikut naik pesawat Avalon. Jim merasa dekat dengan perempuan itu. Tulisa-tulisannya, cara dia berpikir, semuanya membuat dia ingin tetap hidup. Belum lagi kenyataan bahwa Aurora adalah perempuan yang paling cantik yang pernah ia temui.

Jim kemudian memutuskan untuk melakukan hal nekat: dia membangunkan Aurora dengan sengaja agar dirinya punya teman. Keduanya pun akhirnya dengan cepat jatuh cinta. Namun, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. Avalon mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan dan nasib 5000 penumpang lainnya sekarang ada di tangan mereka.

‘Passengers’ termasuk film yang unik. Sejak ditulis hampir satu dekade silam oleh Jon Spaihts, naskah film ini sudah menarik perhatian banyak produser. Aspek romansa, sci:fi dan petualangan dalam skripnya membuat banyak orang ingin menjadikan skrip tersebut terwujud. Namun pada kenyataannya, banyak kendala menghadang. Sebelum Pratt dan Lawrence dipilih, ada banyak aktor yang sudah dilirik untuk memerankan Jim dan Aurora.

Kesuksesan film bertema angkasa seperti ‘Gravity’ dan ‘Intetstellar’ mau tak mau mendukung para produser untuk memberikan lampu hijau pada proyek ini. Setelah dua nama raksasa Hollywood tersebut setuju untuk menjadi pemeran utamanya, Morten Tyldum resmi menjadi sutradara filmnya. Dan untuk ukuran sutradara yang belum pernah menangani film raksasa Hollywood sebelumnya, Tyldum cukup percaya diri dengan presentasi visual filmnya yang megah. CGI-nya bagus, produksi desainnya begitu menawan dan tata audionya pun ciamik.

Yang agak disayangkan, film ini terlalu “dangkal” untuk mengolah satu ide. Skrip Spaihts memang tidak membosankan. Selalu ada hal seru yang terjadi setiap saat. Emosinya beragam. Tapi, secara tema Spaihts tidak bisa mengolah tema tertentu dengan spesifik sehingga menjadikan filmnya standar saja. Sebagai film roman, ‘Passengers’ terasa agak terlalu menyeramkan. Apa yang dilakukan Jim ke Aurora bukanlah hal yang bisa dipandang romantis namun justru menakutkan. Hampir tidak ada alasan yang efektif untuk membenarkan tindakannya.

Sebagai sebuah film sci:fi, ‘Passengers’ kalah jauh dengan berbagai film tentang luar angkasa yang sudah dirilis sebelumnya. Tidak hanya Spaihts telat mempersembahkan ketegangan tersebut, permasalahan dan solusi yang ditawarkan pun sangatlah sepele. Tyldum memang masih bisa membuatnya menjadi agak sedikit menegangkan, tapi tetap saja, Sandra Bullock melayang-layang di luar angkasa jauh lebih seru daripada dua orang ini.

Chris Pratt dan Jennifer Lawrence memang bermain cukup bagus meskipun karakter mereka sangatlah tipis. Keduanya mempunyai chemistry yang kuat. Pratt sanggup menunjukkan emosinya yang lebih luas, dan Lawrence menunjukkan bahwa dengan materi yang sangat ringan, dia masih bisa memberikan suntikan nyawa. Kalau ada alasan utama menonton ‘Passengers’, maka itu adalah mereka berdua. Di tangan pasangan itu, cerita cinta dua umat manusia yang biasa menjadi gegap gempita di layar lebar.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

Sourcehttps://hot.detik.com/premiere/3381264/passengers-kisah-cinta-ala-penumpang-pesawat-luar-angkasa

Whatsapp