Tak Bisa Berdiri Sendiri Kampus Harus Jalin Kerjasama

JAKARTA – Bina Nusantara (Binus) University adalah salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia yang rutin melakukan kerjasama, baik dengan industri maupun lembaga atau kampus luar negeri. Baru-baru ini, kampus yang dikenal sebagai pencetak lulusan teknologi dan informasi (TI) itu turut andil dalam proyek Indoped bersama lima lembaga pendidikan dalam negeri dan lima institusi pendidikan dari Eropa.

Kerjasama yang dilakukan oleh Binus dengan berbagai pihak bukanlah tanpa alasan. Menurut Rektor Binus University, Profesor Dr Ir Harjanto Prabowo, MM, suatu kampus tidak bisa berjalan sendiri untuk mewujudkan pendidikan yang mumpuni. Bahkan, hubungan dan kerjasama dengan pemerintah juga harus terjalin baik.

“Pemerintah juga turut membantu Binus dengan standar yang diberikan. Selama ini Binus menjalin kerjasama dengan industri menggunakan konsep win-win solution. Begitu juga dengan perguruan tinggi asing juga luar biasa. Mereka punya riset maju, kita harus belajar. Ibaratnya jika mau pintar maka harus berteman dengan orang pintar,” ucapnya kala berbincang dengan Okezone di Kampus Binus Syahdan, Jakarta, belum lama ini.

Pria kelahiran Pekalongan, 17 Maret 1964 itu berpendapat, kampus tidak boleh statis karena dunia selalu berubah. Dengan begitu, cara mengajar juga harus diperbarui. Tujuannya, supaya menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing.

“Cara pikir dari waktu ke waktu berubah, sehingga mengajar pun harus ada inovasinya. Pada proyek Indoped, misalnya. Binus ikut mengadopsi metode pembelajaran kampus-kampus yang sudah banyak menghasilkan lulusan inovatif. Contoh lain di bidang bisnis diberlakukan pola studi kasus,” sebutnya.

Menjadi seorang pendidik, ujar Harjanto, tidaklah instan. Bahkan seorang dosen harus bisa meningkatkan ilmunya seiring bertambahnya usia. Lulusan S-1 Teknik Elektro Universitas Dipenogoro (Undip) itu juga merasa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebelum masa jabatan sebagai rektor berakhir.

“Banyak hal yang sudah bisa dicapai, tetapi ada yang belum juga. Saya ingin supaya semakin banyak orang yang mau kerja keras dan bekerja menggunakan hati. Bekerja di pendidikan menurut saya tidak bisa dengan cara pindah sana-sini. Ini karena saya percaya bahwa pendidikan itu buah ketekunan,” terangnya.

Rektor yang akan mengakhiri tugasnya pada 2018 itu menambahkan, ke depan ingin agar Binus bisa lebih diakui, baik di dalam maupun luar negeri. Untuk mewujudkannya tentu bukan perkara mudah. Apalagi, Binus menargetkan pada 2020 menjadi kampus berkelas dunia. Sehingga, ayah dua anak ini berharap, siapa pun yang menggantikan posisinya nanti dapat mengemban tugas dengan lebih baik lagi.

“Supaya memperoleh pengakuan dan mengukir prestasi tentu lulusan menjadi kunci utama. Kita juga harus perhatikan supaya tetap taat aturan pemerintah. Kemudian apa yang dicanangkan bisa tercapai. Jangan sampai karena visi tak tercapai lalu diganti,” ungkapnya.

Setelah masa jabatan rektornya berakhir, Harjanto berkomitmen untuk tetap berada dalam bidang pendidikan. Gelar profesor yang disandangnya memiliki tanggung jawab bahwa dia akan tetap menjadi dosen hingga usia 70 tahun.

“Saya berharap semua yang bekerja di Binus lebih tulus, tidak materialistis. Karena kalau setelah posisi rektor berakhir saya tetap jadi dosen, tetapi yang membuat khawatir itu apakah setelah saya tinggal nanti Binus menjadi lebih baik atau tidak. Oleh karena itu siapa pun harus lebih hebat dan pintar,” tukas pria yang sudah menjabat Rektor Binus University selama dua periode tersebut.

Sumber:
http://news.okezone.com/read/2016/04/20/65/1368172/tak-bisa-berdiri-sendiri-kampus-harus-jalin-kerjasama

Whatsapp