Proyek Indoped Tingkatkan Mutu Pendidikan Tinggi

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) tengah berupaya meningkatkan kapasitas pembelajaran pendidikan tinggi di Tanah Air agar dapat bersaing secara global. Hal tersebut dilakukan dengan menggenjot kualitas dan relevansi, serta memperbanyak jumlah inovasi.

Sejalan dengan tujuan tersebut, lima instisusi perguruan tinggi di Eropa dari Finlandia, Spanyol, Belanda, Polandia, dan Denmark bekerjasama dengan enam institusi pendidikan Indonesia mengembangkan proyek Indoped guna memperbarui sistem pendidikan melalui metode pengajaran student center learning. Proyek ini akan berlangsung selama tiga tahun ke depan dengan mendapat dana dari Uni Eropa (EU) sebesar 1 juta euro.

“Pendidikan tinggi di Indonesia masih menggunakan sistem tradisional. Seorang pengajar ada di depan bertugas memberikan ilmu, dan muridnya duduk sebagaimana di kelas. Sedangkan kalau di Eropa guru itu berperan sebagai mentor. Keduanya bebas berdiskusi membahas suatu isu yang berhubungan dengan industri,” terang Head of Indoped Project, Harri Lappalainen di Binus University International, Selasa (12/4/2016).

Dana sebesar 1 juta euro dari Uni Eropa, tutur dia, akan digunakan oleh 11 institusi pendidikan yang bergabung dalam proyek ini. Salah satunya, yakni untuk biaya pertukaran pelajar dan riset antara institusi pendidikan Indonesia dengan Eropa.

Pada proyek ini, kelima institusi pendidikan Eropa yang bergabung, meliputi Turku University of Applied Science (TUAS), Inholland University, University of Seville, Erhvervsakademi Aarhus (EAAA), dan University of Gdansk. Sedangkan enam institusi pendidikan Indonesia yang terlibat, yakni Binus University International (BUI), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Widya Mandala Katolik (UWMK), Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), dan Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC).

Director Academic Development Binus University International, Tri A Budiono menjelaskan, alasan kampusnya bergabung dalam proyek lantaran selama dua tahun terakhir Binus telah mengadopsi metode pengajaran yang diterapkan di Eropa. Menurut dia, dosen di Binus University International tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga menjadi fasilitator untuk para mahasiswa.

“Karena metode seperti itu hanya bisa dilakukan di kelas kecil. Dan di sini setiap kelas 20 orang jadi bisa diterapkan. Mereka dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil kemudian berdiskusi dan mengeluarkan ide-ide,” tambahnya.

Whatsapp