Referensi Musik Harus Luas

Nauval Hammam mulai mengenal dunia DJ pada usia yang terbilang muda, yakni ketika SMA. Tepatnya pada 2010 silam. Kini, ia sudah memiliki nama panggungnya sendiri, Basic Soul. Ada dua alasan mengapa Nauval memilih profesi DJ.

Pertama adalah kepuasan. ”Saya hobi bermain musik, dan sangat senang melihat orang antusias dengan musik yang kami mainkan,” katanya. Alasan kedua adalah profesional. Ia mantap menjadikan DJ sebagai pilihan kariernya. Menurut Nauval, untuk bisa menjadi DJ andal, memang harus mengerti dasar-dasar DJ dengan benar. Karena itu, ia memutuskan untuk mengikuti sekolah DJ.

Dia memilih Maestro di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setiap hari sepulah sekolah, ia melatih kemampuannya mengolah piringan hitam. Untunglah, lingkungan sekitarnya, terutama orang tua, mendukung pilihannya untuk menjadi DJ. Maklum, peralatan DJ sangat mahal. Namun, tanpa peralatan, seorang DJ akan sulit untuk berkembang dengan cepat. ”Orang tua pada dasarnya mendukung asal positif,” kata cowok yang sudah pernah tampil di kelab malam, restoran, acara kantoran, hingga sekolah itu. Sekali manggung, ia dibayar antara Rp1,5 juta hingga Rp4 jutaan.

Dalam sepekan, setidaknya ia menghabiskan waktu 8 jam untuk melatih kemampuannya meramu musik. Menurut Nauval, seorang DJ harus menyukai semua aliran musik. Itu karena saat meramu musik, ia butuh sekali banyak referensi musik dari berbagai genre dan artis. “Selain itu, saya harus tahu sejarah dari lagu dan genre tersebut sehingga tidak salah tempat,” katanya.

Tidak hanya bermain di club, Nauval juga banyak diundang ke berbagai acara seperti perkumpulan penunggang kuda di Indonesia, hingga acara festival musik buatan Binus Internasional Jakarta.  DANNI

 

Sumber : http://www.koran-sindo.com/node/410749

Whatsapp