‘Dawn of the Planet of the Apes’: Ketika Kera Mengajari Manusia

Jakarta –

Sepuluh tahun berlalu sejak Caesar (Andy Serkis) memutuskan bahwa manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab atas nasib buruk para kera. Setelah menyerang San Fransisco dan akhirnya berhasil kabur, kini Caesar bersama kawan-kawan sesama spesiesnya tinggal dengan damai di hutan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia. Gedung-gedung yang hanya tinggal puing-puingnya kini dilapisi oleh tanaman merayap yang tebal.

Sampai suatu ketika seorang manusia memasuki hutan dan tidak sengaja bertemu dengan salah seekor kera. Si manusia, salah satu dari sedikit orang yang berhasil selamat dari virus yang memusnahkan mereka, kaget dan menodongkan senjatanya. Kera-kera yang ada di hadapannya yang sudah dilatih Caesar untuk mempertahankan diri jelas membenci hal ini. Si manusia tidak sengaja menembak si kera dan detik berikutnya si manusia sudah berhadapan dengan sedikitnya seratus kera.

Si manusia yang ditemani oleh Malcolm (Jason Clarke), Ellie (Keri Russell) dan anak mereka Alexander (Kodi Smith-McPhee) menurunkan senjata mereka. Saat itulah mereka melihat sosok Caesar yang di mata mereka tidak terlihat seperti kera. Terutama ketika Caesar berteriak kencang, “Pergi!”

Dreyfus (Gary Oldman), pemimpin kumpulan manusia yang berhasil selamat, tentu saja tidak percaya dengan apapun yang disebutkan oleh Malcom. Tidak ada kera yang bisa berbicara. Sampai akhirnya Caesar datang bersama seluruh gerombolannya, mendatangi tempat persembunyian manusia dan melakukan perjanjian. Kera-kera tidak akan menyerang manusia jika manusia tidak masuk ke hutan. Sebuah perjanjian yang berat mengingat para manusia membutuhkan bendungan untuk bertahan hidup. Dan, bendungan tersebut berada di dalam hutan.

‘Rise of the Planet of the Apes’ yang dirilis beberapa tahun lalu adalah sebuah hasil yang mengejutkan. Setelah remake dari Tim Burton yang tidak perlu, Rupert Wyatt berhasil membuat kisah para kera yang menguasai dunia menjadi thrilling dan menghibur tanpa harus jatuh ke level Michael Bay. Tiga tahun berikutnya dirilislah sekuel film tersebut yang diberi judul ‘Dawn of the Planet of the Apes’. Wyatt menyerahkan tongkat penyutradaraan kepada Matt Reeves yang berhasil memikat penonton dengan ‘Cloverfield’ dan ‘Let Me In’.

Dengan skrip paten dari Mark Bomback, Rick Jaffa dan Amanda Silver, ‘Dawn of the Planet of the Apes’ tidak hanya menjadi sebuah summer blockbuster yang layak ditonton namun sebuah sci:fi yang begitu relevan dengan apapun yang terjadi sekarang. Perseteruan antara para kera dan manusia ini terlihat seperti perang-perang yang terjadi sekarang. Kaum minoritas (manusia) merasa takut dengan adanya serangan lawan yang jumlahnya lebih banyak. Sementara kaum mayoritas (kera) merasa perlu mempertahankan diri karenaa mereka tahu pihak lawan jauh lebih kejam dan memiliki banyak senjata mematikan.

Selain plot yang rapi dengan tempo yang pas, ‘Dawn of the Planet of the Apes’ tidak akan bisa berhasil menjadi sebuah film yang menggigit tanpa persona Caesar yang magnetik. Karakternya yang begitu kuat, sikap kepemimpinannya yang begitu berwibawa dan sisi lembutnya terhadap manusia adalah alasan Caesar menjadi satu-satunya karakter yang akan Anda awasi sepanjang film. Andy Serkis, aktor di balik gerak-gerik Caesar, berhak mendapatkan segala jenis pujian atas apapun yang dilakukannya. Setelah menjadi Gollum dalam serial ‘Lord of the Rings’ dan King Kong dalam remake Peter Jackson, Caesar dibuat begitu megah oleh Serkis. Setiap gerakan, kedipan mata, helaan napas terasa begitu nyata dan manusiawi.

Para penulis skrip film ini ternyata juga tidak hanya menampilkan sosok Caesar yang begitu pantas untuk diidolakan namun juga penjahat yang layak untuk dimaki-maki. Koba, tangan kanan Caesar yang begitu membenci manusia adalah sosok sosiopath yang begitu menyeramkan. Kemahirannya mempermainkan kepercayaan satu kera dan kera yang lain adalah salah satu sedikit hal menyeramkan yang bisa dia lakukan. Aktor asal Inggris Toby Kebell memainkan karakter ini dengan begitu gemilang. Anda tidak akan bisa mengalihkan pandangan dari sosoknya.

Selain dua aktor tersebut, Jason Clarke yang sebelum ini hanya kebagian peran pembantu –seperti aksinya yang cukup mengesankan dalam ‘Zero Dark Thirty’– cukup memberikan penampilan yang baik sebagai karakter yang menggiring penonton menuju perjalanan panjang. Interaksinya dengan Andy Serkis juga layak diacungi jempol. Dan, Gary Oldman adalah Gary Oldman. Dia tidak pernah mengecewakan kita.

Dengan production design yang begitu megah, visual efek yang mumpuni dan teknik motion-capture yang brilian, ‘Dawn of the Planet of the Apes’ adalah bukti bahwa film musim panas tidak harus turun IQ seperti yang dilakukan Michael Bay dalam seri terakhir ‘Transformers’. ‘Dawn of the Planet of the Apes’ tidak hanya begitu menyentuh namun juga menghibur. Dan, yang paling penting, mengajari kita para manusia soal rasa saling percaya.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

Whatsapp